Assalamu'alaikum Wr. Wb
Pada postingan sebelumnya saya sudah membahas tentang cara mandi wajib lengkap dengan doa dan niatnya, tetapi masih banyak dari saudara-saudara kita yang bertanya bagaimana cara mandi wajib/junub sesuai dengan sunnah yang telah diajarkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, berikut ini akan saya bahas secara rinci.
Niat, Syarat Sahnya Mandi
Para ulama mengatakan bahwa di antara
fungsi niat adalah untuk membedakan manakah yang menjadi kebiasaan dan manakah
ibadah. Dalam hal mandi tentu saja mesti dibedakan dengan mandi biasa.
Pembedanya adalah niat. Dalam hadits dari ‘Umar bin Al Khattab, Nabi
Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda,
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung
pada niatnya.” (HR Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907)
Rukun Mandi
Hakikat mandi adalah mengguyur seluruh
badan dengan air, yaitu mengenai rambut dan kulit.
Inilah yang diterangkan dalam banyak
hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya adalah dari Aisyah
Radhiyallahu Anha yang menceritakan tata cara mandi Nabi Shallallahu Alaihi Wa
Sallam,
ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جَسَدِهِ كُلِّهِ
“Kemudian beliau mengguyur air pada
seluruh badannya.” (HR An Nasa-i no. 247. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih)
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan,
“Penguatan makna dalam hadits ini menunjukkan bahwa ketika mandi beliau
mengguyur air ke seluruh tubuh.”
Dari Jubair bin Muth’im berkata, “Kami
saling memperbincangkan tentang mandi janabah di sisi Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam, lalu beliau bersabda,
أَمَّا أَنَا فَآخُذُ مِلْءَ كَفِّى ثَلاَثاً فَأَصُبُّ عَلَى رَأْسِى ثُمَّ أُفِيضُهُ بَعْدُ عَلَى سَائِرِ جَسَدِى
“Saya mengambil dua telapak tangan, tiga
kali lalu saya siramkan pada kepalaku, kemudian saya tuangkan setelahnya pada
semua tubuhku.” (HR Ahmad 4/81.
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai
syarat Bukhari Muslim)
Dalil yang menunjukkan bahwa hanya
mengguyur seluruh badan dengan air itu merupakan rukun (fardhu) mandi dan bukan
selainnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah. Ia mengatakan,
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى امْرَأَةٌ أَشُدُّ ضَفْرَ رَأْسِى فَأَنْقُضُهُ لِغُسْلِ الْجَنَابَةِ قَالَ لاَ إِنَّمَا يَكْفِيكِ أَنْ تَحْثِى عَلَى رَأْسِكِ ثَلاَثَ حَثَيَاتٍ ثُمَّ تُفِيضِينَ عَلَيْكِ الْمَاءَ فَتَطْهُرِينَ
“Saya berkata, wahai Rasulullah, aku
seorang wanita yang mengepang rambut kepalaku, apakah aku harus membuka
kepangku ketika mandi junub?” Beliau bersabda, “Jangan (kamu buka). Cukuplah
kamu mengguyur air pada kepalamu tiga kali, kemudian guyurlah yang lainnya
dengan air, maka kamu telah suci.” (HR Muslim no. 330)
Dengan seseorang memenuhi rukun mandi
ini, maka mandinya dianggap sah, asalkan disertai niat untuk mandi wajib (al
ghuslu). Jadi seseorang yang mandi di pancuran atau shower dan air mengenai
seluruh tubuhnya, maka mandinya sudah dianggap sah.
Adapun berkumur-kumur (madhmadhoh),
memasukkan air dalam hidung (istinsyaq) dan menggosok-gosok badan (ad dalk)
adalah perkara yang disunnahkan menurut mayoritas ulama.
Tata Cara Mandi yang Sempurna
Berikut kita akan melihat tata cara mandi
yang disunnahkan. Apabila hal ini dilakukan, maka akan membuat mandi tadi lebih
sempurna. Yang menjadi dalil dari bahasan ini adalah dua dalil yaitu dari ‘Aisyah dan hadits dari Maimunah.
Hadits pertama:
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ، ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِى الْمَاءِ ، فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ، ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ
Dari ‘Aisyah, isteri Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam, bahwa jika Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mandi junub,
beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya. Kemudian beliau
berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Lalu beliau memasukkan jari-jarinya ke
dalam air, lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian menyiramkan air ke
atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali,
kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.” (HR Bukhari no. 248
dan Muslim no. 316)
Hadits kedua:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَتْ مَيْمُونَةُ وَضَعْتُ لِرَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – مَاءً يَغْتَسِلُ بِهِ ، فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ ، فَغَسَلَهُمَا مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا ، ثُمَّ أَفْرَغَ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ ، فَغَسَلَ مَذَاكِيرَهُ ، ثُمَّ دَلَكَ يَدَهُ بِالأَرْضِ ، ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ ثُمَّ غَسَلَ رَأْسَهُ ثَلاَثًا ، ثُمَّ أَفْرَغَ عَلَى جَسَدِهِ ، ثُمَّ تَنَحَّى مِنْ مَقَامِهِ فَغَسَلَ قَدَمَيْهِ
Dari Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Maimunah
mengatakan, “Aku pernah menyediakan air mandi untuk Rasulullah, Lalu beliau menuangkan air pada kedua
tangannya dan mencuci keduanya dua kali-dua kali atau tiga kali. Lalu dengan
tangan kanannya beliau menuangkan air pada telapak tangan kirinya, kemudian
beliau mencuci kemaluannya. Setelah itu beliau menggosokkan tangannya ke tanah.
Kemudian beliau berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung. Lalu beliau
membasuh muka dan kedua tangannya. Kemudian beliau membasuh kepalanya tiga kali
dan mengguyur seluruh badannya. Setelah itu beliau bergeser dari posisi semula
lalu mencuci kedua telapak kakinya (di tempat yang berbeda).” (HR Bukhari
no. 265 dan Muslim no. 317)
Dari dua hadits di atas, kita dapat
merinci tata cara mandi yang disunnahkan rasulallah Shallallahu Alaihi Wa Sallam sebagai berikut :
Pertama: Mencuci tangan terlebih dahulu
sebanyak tiga kali sebelum tangan tersebut dimasukkan dalam bejana atau sebelum
mandi.
Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah
mengatakan, “Boleh jadi tujuan untuk mencuci tangan terlebih dahulu di sini
adalah untuk membersihkan tangan dari kotoran… Juga boleh jadi tujuannya
adalah karena mandi tersebut dilakukan setelah bangun tidur.”
Kedua: Membersihkan kemaluan dan kotoran
yang ada dengan tangan kiri.
Ketiga: Mencuci tangan setelah
membersihkan kemaluan dengan menggosokkan ke tanah atau dengan menggunakan
sabun. An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Disunnahkan bagi orang yang
beristinja’ (membersihkan kotoran) dengan air, ketika selesai, hendaklah ia
mencuci tangannya dengan debu atau semacam sabun, atau hendaklah ia
menggosokkan tangannya ke tanah atau tembok untuk menghilangkan kotoran yang
ada.”
Keempat: Berwudhu dengan wudhu yang
sempurna seperti ketika hendak shalat.
Asy Syaukani rahimahullah mengatakan,
“Adapun mendahulukan mencuci anggota wudhu ketika mandi itu tidaklah wajib.
Cukup dengan seseorang mengguyur badan ke seluruh badan tanpa didahului dengan
berwudhu, maka itu sudah disebut mandi (al ghuslu)”. Untuk kaki ketika
berwudhu, kapankah dicuci? Jika kita melihat dari hadits Maimunah di atas,
dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau membasuh
anggota wudhunya dulu sampai membasuh kepala, lalu mengguyur air ke seluruh
tubuh, sedangkan kaki dicuci terakhir. Namun hadits ‘Aisyah menerangkan bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu secara sempurna (sampai mencuci
kaki), setelah itu beliau mengguyur air ke seluruh tubuh.
Dari dua hadits tersebut, para ulama
akhirnya berselisih pendapat kapankah kaki itu dicuci. Yang tepat tentang
masalah ini, dua cara yang disebut dalam hadits ‘Aisyah dan Maimunah bisa
sama-sama digunakan. Yaitu kita bisa saja mandi dengan berwudhu secara sempurna
terlebih dahulu, setelah itu kita mengguyur air ke seluruh tubuh, sebagaimana
disebutkan dalam riwayat ‘Aisyah. Atau boleh jadi kita gunakan cara mandi
dengan mulai berkumur-kumur, memasukkan air dalam hidup, mencuci wajah, mencuci
kedua tangan, mencuci kepala, lalu mengguyur air ke seluruh tubuh, kemudian
kaki dicuci terakhir.
Syaikh Abu Malik hafizhohullah
mengatakan, “Tata cara mandi (apakah dengan cara yang disebut dalam hadits
‘Aisyah dan Maimunah) itu sama-sama boleh digunakan, dalam masalah ini ada
kelapangan.”
Kelima: Mengguyur air pada kepala
sebanyak tiga kali hingga sampai ke pangkal rambut.
Keenam: Memulai mencuci kepala bagian
kanan, lalu kepala bagian kiri.
Ketujuh: Menyela-nyela rambut.
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha
disebutkan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا اغْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ غَسَلَ يَدَيْهِ ، وَتَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلاَةِ ثُمَّ اغْتَسَلَ ،
ثُمَّ يُخَلِّلُ بِيَدِهِ
شَعَرَهُ ، حَتَّى
إِذَا ظَنَّ أَنْ
قَدْ أَرْوَى بَشَرَتَهُ
، أَفَاضَ عَلَيْهِ
الْمَاءَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
، ثُمَّ غَسَلَ
سَائِرَ جَسَدِهِ
“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam mandi junub, beliau mencuci tangannya dan berwudhu sebagaimana wudhu
untuk shalat. Kemudian beliau mandi dengan menggosok-gosokkan tangannya ke
rambut kepalanya hingga bila telah yakin merata mengenai dasar kulit kepalanya,
beliau mengguyurkan air ke atasnya tiga kali. Lalu beliau membasuh badan
lainnya.” (HR Bukhari no. 272)
Juga ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha
mengatakan,
كُنَّا إِذَا أَصَابَتْ إِحْدَانَا جَنَابَةٌ ، أَخَذَتْ بِيَدَيْهَا ثَلاَثًا فَوْقَ رَأْسِهَا ، ثُمَّ تَأْخُذُ بِيَدِهَا عَلَى شِقِّهَا الأَيْمَنِ ، وَبِيَدِهَا الأُخْرَى عَلَى شِقِّهَا الأَيْسَرِ
“Jika salah seorang dari kami mengalami
junub, maka ia mengambil air dengan kedua tangannya dan disiramkan ke atas
kepala, lalu mengambil air dengan tangannya dan disiramkan ke bagian tubuh
sebelah kanan, lalu kembali mengambil air dengan tangannya yang lain dan
menyiramkannya ke bagian tubuh sebelah kiri.” (HR Bukhari no. 277)
Kedelapan: Mengguyur air pada seluruh
badan dimulai dari sisi yang kanan setelah itu yang kiri.
Dalilnya adalah dari Aisyah Radhiyallahu
‘Anha, ia berkata,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِى تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِى شَأْنِهِ كُلِّهِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa
mendahulukan yang kanan ketika memakai sendal, ketika bersisir, ketika bersuci
dan dalam setiap perkara (yang baik-baik).” (HR Bukhari no. 168 dan
Muslim no. 268)
Mengguyur air ke seluruh tubuh di sini
cukup sekali saja sebagaimana zhohir (tekstual) hadits yang membicarakan
tentang mandi. Inilah salah satu pendapat dari madzhab Imam Ahmad dan dipilih
oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Bagaimanakah Tata Cara Mandi pada Wanita?
Tata cara mandi junub pada wanita sama
dengan tata cara mandi yang diterangkan di atas sebagaimana telah diterangkan
dalam dari Ummu Salamah, “Saya berkata, wahai Rasulullah, aku seorang wanita
yang mengepang rambut kepalaku, apakah aku harus membuka kepangku ketika mandi
junub?” Beliau bersabda, “Jangan (kamu buka). Cukuplah kamu mengguyur air pada
kepalamu tiga kali, kemudian guyurlah yang lainnya dengan air, maka kamu telah
suci.” (HR Muslim no. 330)
Untuk mandi karena haidh dan nifas, tata
caranya sama dengan mandi junub namun ditambahkan dengan beberapa hal berikut
ini:
Pertama: Menggunakan sabun dan pembersih
lainnya beserta air.
Hal ini berdasarkan dari ‘Aisyah
Radhiyallahu ‘Anha,
أَنَّ أَسْمَاءَ سَأَلَتِ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ غُسْلِ الْمَحِيضِ فَقَالَ تَأْخُذُ إِحْدَاكُنَّ مَاءَهَا وَسِدْرَتَهَا فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ دَلْكًا شَدِيدًا حَتَّى تَبْلُغَ شُئُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تَصُبُّ عَلَيْهَا الْمَاءَ. ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتَطَهَّرُ بِهَا فَقَالَتْ أَسْمَاءُ وَكَيْفَ تَطَهَّرُ بِهَا فَقَالَ « سُبْحَانَ اللَّهِ تَطَهَّرِينَ بِهَا فَقَالَتْ عَائِشَةُ كَأَنَّهَا تُخْفِى ذَلِكَ تَتَبَّعِينَ أَثَرَ الدَّمِ. وَسَأَلَتْهُ عَنْ غُسْلِ الْجَنَابَةِ فَقَالَ « تَأْخُذُ مَاءً فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ – أَوْ تُبْلِغُ الطُّهُورَ – ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ حَتَّى تَبْلُغَ شُئُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تُفِيضُ عَلَيْهَا الْمَاءَ
“Asma’ bertanya kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam tentang mandi wanita haidh. Maka beliau bersabda, “Salah
seorang dari kalian hendaklah mengambil air dan daun bidara, lalu engkau
bersuci, lalu membaguskan bersucinya. Kemudian hendaklah engkau menyiramkan air
pada kepalanya, lalu menggosok-gosoknya dengan keras hingga mencapai akar
rambut kepalanya. Kemudian hendaklah engkau menyiramkan air pada kepalanya
tadi. Kemudian engkau mengambil kapas bermisik, lalu bersuci dengannya. Lalu
Asma’ berkata, “Bagaimana dia dikatakan suci dengannya?” Beliau bersabda,
“Subhanallah, bersucilah kamu dengannya.” Lalu Aisyah berkata -seakan-akan dia
menutupi hal tersebut-, “Kamu sapu bekas-bekas darah haidh yang ada (dengan
kapas tadi)”. Dan dia bertanya kepada beliau tentang mandi junub, maka beliau
bersabda, ‘Hendaklah kamu mengambil air lalu bersuci dengan sebaik-baiknya
bersuci, atau bersangat-sangat dalam bersuci kemudian kamu siramkan air pada
kepala, lalu memijatnya hingga mencapai dasar kepalanya, kemudian mencurahkan
air padanya’.” (HR Bukhari no. 314
dan Muslim no. 332)
Kedua: Melepas kepangan sehingga air
sampai ke pangkal rambut.
Dalil hal ini adalah hadits yang telah
lewat,
ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ دَلْكًا شَدِيدًا حَتَّى تَبْلُغَ شُئُونَ رَأْسِهَا
“Kemudian hendaklah kamu menyiramkan air
pada kepalanya, lalu menggosok-gosoknya dengan keras hingga mencapai akar
rambut kepalanya.” Dalil ini menunjukkan tidak cukup dengan hanya mengalirkan
air seperti halnya mandi junub. Sedangkan mengenai mandi junub disebutkan,
ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ حَتَّى تَبْلُغَ شُئُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تُفِيضُ عَلَيْهَا الْمَاءَ
“Kemudian kamu siramkan air pada kepala,
lalu memijatnya hingga mencapai dasar kepalanya, kemudian mengguyurkan air padanya.”
Dalam mandi junub tidak disebutkan
“menggosok-gosok dengan keras”. Hal ini menunjukkan bedanya mandi junub dan
mandi karena haidh/nifas.
Ketiga: Ketika mandi sesuai masa haidh,
seorang wanita disunnahkan membawa kapas atau potongan kain untuk mengusap
tempat keluarnya darah guna menghilangkan sisa-sisanya. Selain itu, disunnahkan
mengusap bekas darah pada kemaluan setelah mandi dengan minyak misk atau parfum
lainnya. Hal ini dengan tujuan untuk menghilangkan bau yang tidak enak karena
bekas darah haidh.
Perlukah Berwudhu Seusai Mandi?
Cukup kami bawakan dua riwayat tentang
hal ini,
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ لاَ يَتَوَضَّأُ بَعْدَ الْغُسْلِ
Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam tidak berwudhu setelah selesai mandi.” (HR Tirmidzi no. 107, An Nasai no. 252, Ibnu Majah no. 579, Ahmad 6/68. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Sebuah riwayat dari Ibnu ‘Umar,
سُئِلَ عَنِ الْوُضُوءِ بَعْدَ الْغُسْلِ؟ فَقَالَ:وَأَيُّ وُضُوءٍ أَعَمُّ مِنَ الْغُسْلِ؟
Beliau ditanya mengenai wudhu setelah
mandi. Lalu beliau menjawab, “Lantas wudhu yang mana lagi yang lebih besar dari
mandi?” (HR Ibnu Abi Syaibah secara marfu’ dan mauquf)
Abu Bakr Ibnul ‘Arobi berkata, “Para ulama tidak berselisih
pendapat bahwa wudhu telah masuk dalam mandi.” Ibnu Baththol juga telah menukil
adanya ijma’ (kesepakatan ulama) dalam masalah ini.
Penjelasan ini adalah sebagai alasan yang
kuat bahwa jika seseorang sudah berniat untuk mandi wajib, lalu ia mengguyur
seluruh badannya dengan air, maka setelah mandi ia tidak perlu berwudhu lagi,
apalagi jika sebelum mandi ia sudah berwudhu.
Apakah Boleh Mengeringkan Badan dengan
Handuk Setelah Mandi?
Dari Maimunah disebutkan mengenai tata
cara mandi, lalu diakhir hadits disebutkan,
فَنَاوَلْتُهُ ثَوْبًا فَلَمْ يَأْخُذْهُ ، فَانْطَلَقَ وَهْوَ يَنْفُضُ يَدَيْهِ
“Lalu aku sodorkan kain (sebagai
pengering) tetapi beliau tidak mengambilnya, lalu beliau pergi dengan mengeringkan
air dari badannya dengan tangannya” (HR Bukhari no. 276).
Berdasarkan
hadits ini, sebagian ulama memakruhkan mengeringkan badan setelah mandi. Namun
yang tepat, hadits tersebut bukanlah pendukung pendapat tersebut dengan
beberapa alasan:
- Perbuatan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ketika itu masih mengandung beberapa kemungkinan. Boleh jadi beliau tidak mengambil kain (handuk) tersebut karena alasan lainnya yang bukan maksud untuk memakruhkan mengeringkan badan ketika itu. Boleh jadi kain tersebut mungkin sobek atau beliau buru-buru saja karena ada urusan lainnya.
- Hadits ini malah menunjukkan bahwa kebiasaan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam adalah mengeringkan badan sehabis mandi. Seandainya bukan kebiasaan beliau, maka tentu saja beliau tidak dibawakan handuk ketika itu.
- Mengeringkan air dengan tangan menunjukkan bahwa mengeringkan air dengan kain bukanlah makruh karena keduanya sama-sama mengeringkan. Jadi kesimpulannya adalah bahwa mengeringkan air dengan kain (handuk) tidaklah mengapa.
Demikian pembahasan seputar mandi wajib
sesuai sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam. Tata cara di atas juga
berlaku untuk mandi yang sunnah. semoga bermanfaat.
Wassalam
bagaimana niat dan tata cara mandi setelah 40 hari melahirkan
ReplyDeleteSaya nanya dong kalo mandi wajib pake shampo dan sabun pas sudah selesai sah ga.
ReplyDeleteTanya lagi, cara mandi wajib gimanah, selama ini saya mandi wajib nya tdk terlalu yakin kalo saya sudah benar gerakannya. Mohon di jawab pertanyaan saya.
Saya nanya dong kalo mandi wajib pake sabun sama shampo sah ga tetapi saya pake nya barengan pas mandi wajib sah atau tdk sah. Sama cara mandi wajib yg benar gimanah. Selama saya mandi wajib saya kurang yakin denagan cara yg saya tau. Mohon di jawab penting buat saya.
ReplyDeleteKalo mandi wajib nya pake shampo dan sabun sahga.
ReplyDeleteSatu lagi, cara yg benar mandi wajib gimanah.,
Kalo mandi wajib nya pake shampo dan sabun sahga.
ReplyDeleteSatu lagi, cara yg benar mandi wajib gimanah.,
Kalo mandi wajib nya pake shampo dan sabun sahga.
ReplyDeleteSatu lagi, cara yg benar mandi wajib gimanah.,
Kalo mandi wajib nya pake shampo dan sabun sahga.
ReplyDeleteSatu lagi, cara yg benar mandi wajib gimanah.,
Kalo mandi wajib nya pake shampo dan sabun sahga.
ReplyDeleteSatu lagi, cara yg benar mandi wajib gimanah.,
Kalo mandi wajib nya pake shampo dan sabun sahga.
ReplyDeleteSatu lagi, cara yg benar mandi wajib gimanah.,
Kalo mandi wajib nya pake shampo dan sabun sahga.
ReplyDeleteSatu lagi, cara yg benar mandi wajib gimanah.,
Kalo mandi wajib nya pake shampo dan sabun sahga.
ReplyDeleteSatu lagi, cara yg benar mandi wajib gimanah.,
Kalo mandi wajib nya pake shampo dan sabun sahga.
ReplyDeleteSatu lagi, cara yg benar mandi wajib gimanah.,
Kalo mandi wajib nya pake shampo dan sabun sahga.
ReplyDeleteSatu lagi, cara yg benar mandi wajib gimanah.,
Kalo mandi wajib nya pake shampo dan sabun sahga.
ReplyDeleteSatu lagi, cara yg benar mandi wajib gimanah.,
Kalo mandi wajib nya pake shampo dan sabun sahga.
ReplyDeleteSatu lagi, cara yg benar mandi wajib gimanah.,
Kalo mandi wajib nya pake shampo dan sabun sahga.
ReplyDeleteSatu lagi, cara yg benar mandi wajib gimanah.,
Kalo mandi wajib nya pake shampo dan sabun sahga.
ReplyDeleteSatu lagi, cara yg benar mandi wajib gimanah.,
Kalo mandi wajib nya pake shampo dan sabun sahga.
ReplyDeleteSatu lagi, cara yg benar mandi wajib gimanah.,
Assalamu'alaiku. Saya mau tanya apaka mandi junub di perbolehkan memakai shampo ?
ReplyDelete1 klw lubang hidung di basuh jga ngak
ReplyDelete2 klw sebelum mandi apa tangan harus d basuh jga atw bleh jga tdk klw bleh mna yg lbih dulu
3 apa kita jga hrus cebok atw hanya bersihkan kemaluan dn klw haurus cebok mana yg lebih dulu bebok apa bersihkan kemaluan
terimakasih tulisannya tentang mandi wajib semoga bermanfaat juga untuk orang lain.
ReplyDeleteAssalamualaikum wr.wb
ReplyDeleteAlhamdulillah terima kasih atas postingannya
Namun ada yg ingin sy tanyakan, ketika melakukan wudhu apakah kt berniat dlu atau tidak perlu? Dan pada niat mandi wajib dilakukan pd saat mencuci tangan prtama kali sblum melakukan wudhu atau pd saat mengguyurkan air ke kepala atau badan? Terima kasih sebelumnya
Assalamualaikum wr.wb
ReplyDeleteAlhamdulillah terima kasih atas artikelnya yg bermanfaat.
Namun ada yg ingin sy tanyakan, apakah pada saat melakukan wudhu diharuskan berniat wudhu dlu atau tdk perlu? Dan untk niat mandi wajibnya diniatkan kapan? Pd saat mulai mencuci tangan pertama kali atau pd saat mengguyurkan air ke kepala atau badan?
Terima kasih sebelumnya
Saya sering melakukan berhubungan. Dan saya setiap habis melakukan itu saya langsung mandi junub. Tapi saya lakukan itu berulang ulang. Misalkan setip minggu saya melakukan setiap melakukan juga saya mandi. Apa itu sah sah saja ? Saya takut kalo saya dianggap memoermainkan Allah ta'ala. Mohin pencerahannya. Terima kasih
ReplyDelete